Restoran Pongek Situjuah Payakumbuh
Rumah
Makan Pangek Situjuah Payakumbuh menghidangkan berbagai masakan lezat
dan gurih, termasuk berbagai masakan pangek (gulai) yang berbumbu khas
dan bercita rasa berani.
Nikmatnya Gulai di Pangek Situjuah Payakumbuh
Apakah Anda termasuk doyan memilih menu gulai saat makan di restoran Padang? Kalau begitu, Anda harus mengunjungi restoran Pangek Situjuah Payakumbuh, sebuah restoran yang terletak di area wisata payakumbuh, tepat di tepi jalan raya dan dikelilingi pemandangan pepohonan yang asri. Sesuai namanya, restoran ini menghidangkan berbagai hidangan pangek atau pongek alias gulai dengan bermacam variasi. Walaupun ada hidangan lainnya yang bisa dipilih, hidangan serba gulai ini termasuk yang paling banyak diserbu oleh pengunjung.
Serba-serbi Gulai di Pangek Situjuah Payakumbuh
Restoran Pangek Situjuah Payakumbuh yang selalu ramai saat jam makan siang dan akhir pekan ini menghidangkan berbagai jenis gulai sebagai menu andalannya. Anda bisa memilih antara pangek kambiang alias gulai kambing yang empuk, pangek lauak alias gulai ikan yang sangat khas Sumatra Barat, dan pangek daging sapi yang gurih. Layaknya semua gulai asli Sumatra Barat, bumbunya sangat berani, gurih dan terasa agak pedas.
Makan pangek di restoran Pangek Situjuah Payakumbuh paling cocok dengan ditemani nasi hangat dan sambal khas restoran ini, yaitu sambalado boluk atau sambal belut yang pedas dan gurih, serta sambalado tanak alias sambal rebus yang nampaknya simpel tetapi super pedas. Paduan gurih dan pedas ini cocok sekali untuk menghangatkan badan di sejuknya daerah Payakumbuh.
Anda yang ingin mencoba hidangan lain selain gulai juga bisa memesan masakan khas lainnya seperti dendeng balado yang khas, panggang lauak (ikan), ayam bakar dan belut balado. Untuk minumannya, Anda bisa mencoba minuman khas di Sumatra Barat yaitu teh telur alias teh talua. Minuman ini terdiri teh manis kental yang dicampur dengan kuning telur ayam kampung, yang sebelumnya sudah dikocok bersama gula pasir dan ditambah bubuk cokelat atau susu.
Makan Enak dan Panorama Indah Payakumbuh
Jika Anda makan di Restoran Pangek Situjuah Payakumbuh, Anda akan mendapatkan beberapa bonus: makanan yang enak, minuman khas dan pemandangan sekitar yang sangat asri dengan sawah serta pohon hijau. Makanan yang bumbunya serba gurih dan pedas ini sangat cocok untuk menangkal udara dingin di lembah sekitarnya.
Kelok 9-Objek Wisata Alam Payakumbuh
Kelok 9 Payakumbuh bukan hanya jalan berkelok yang menghubungkan jalur lintas tengah dan timur Sumatra, melainkan juga objek wisata alam dengan panorama yang memukau.
Jalan kelok 9 adalah ruas jalan berkelok yang menghubungkan antara Payakumbuh dan Pekanbaru atau penghubung antar Propinsi Riau dengan Propinsi Sumatra Barat. Jalan kelok 9 ini terletak di Kabupaten 50 Kota, yaitu sekitar 30 Km dari kota Payakumbuh menuju Propinsi Riau. Keistimewaan jalan ini bukan hanya sebagai sarana yang memudahkan transportasi antar propinsi masyarakat melainkan juga tempat wisata alam yang menawarkan pemandangan pegunungan yang sangat indah.
Tahukah Anda bahwa jalan kelok 9 ini berusia lebih tua dari pada tanah air kita? Jalan ini dibangun pada masa penjajahan Hindia-Belanda antara tahun 1908 hingga 1914. Jalan dengan panjang 300 m dan lebar sekitar 5 m ini terletak di perbukitan yang merupakan cagar alam, yaitu cagar alam Air Putih dan cagar alam Harau sehingga masyarakat yang melintasi kelok 9 Payakumbuh ini dapat sekaligus melihat pemandangan alam perbukitan hijau yang menyejukkan. Oleh karena itu, jalan berkelok berjumlah 9 yang menjadi asal-usul penyebutan namanya ini sering digunakan sebagai tempat singgah para pengendara yang menempuh perjalanan dari Riau menuju Sumatra Barat, apalagi di lokasi wisata ini juga terdapat banyak warung kecil yang menjajakan makanan.
Jembatan Kelok 9
Bertambahnya jumlah kendaraan terutama pada waktu musim mudik lebaran dan ditambah dengan medan yang sulit menyebabkan sering terjadi kemacetan di daerah ini, sehingga pada tahun 2003 pemerintah memutuskan untuk membangun mega proyek jembatan kelok 9. Saat ini jembatan tersebut telah selesai dibangun dan telah digunakan pada arus mudik lebaran pada tahun ini namun baru akan diresmikan pada bulan Oktober mendatang oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jembatan Kelok 9 kebanggaan masyarakat Minang ini disebut-sebut sebagai monumen infrastruktur Sumatra Barat sekaligus tempat wisata untuk menikmati panorama perbukitan dan hutan lindung atau cagar alam.
Setelah jembatan kelok 9 yang panjangnya mencapai 2537 m ini selesai dibangun, pemerintah berencana untuk menjadikan ruas jalan yang lama sebagai objek wisata alam untuk menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Koto Nan Ampek Tujuan Liburan Berkesan di Sumatra Barat
Sumatra Barat
merupakan salah satu obyek wisata yang populer di Indonesia, terutama
untuk para penggemar wisata budaya. Banyak daerah di propinsi ini yang
masih sangat melestarikan peninggalan sejarah serta tradisinya.
Cara Menuju Koto Nan Ampek
Anda bisa memulai perjalanan ke Koto Nan Ampek dari Padang atau Bukittinggi. Koto Nan Ampek berlokasi sekitar 122 kilometer dari ibukota propinsi Padang dan 22 kilometer dari Bukittinggi. Anda bisa memanfaatkan kendaraan travel atau mobil sewaan untuk mencapainya. Karena Koto Nan Ampek merupakan tujuan liburan yang mulai terkenal, pemerintah Sumatera Barat telah meresmikan terminal Koto Nan Ampek yang semakin memudahkan para turis untuk bisa mencapai tempat ini.
Obyek Wisata Menarik di Koto Nan Ampek
Ada dua obyek wisata yang wajib Anda lihat di Koto Nan Ampek, yaitu:
1. Masjid Gadang Balai Nan Duo.
Masjid ini adalah salah satu peninggalan bersejarah yang dibanggakan masyarakat perkampungan Koto Nan Ampek. Masjid dengan desain khas bangunan Minangkabau ini masih dipertahankan bentuk dan material aslinya (kecuali atapnya yang diganti dari ijuk menjadi seng). Di dalam masjid ini juga terdapat perpustakaan yang koleksinya bisa dibaca-baca pengunjung. Hebatnya lagi, masjid ini pun sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat sekitar, baik untuk beribadah maupun untuk keperluan seperti pertemuan/musyawarah.
2. Rumah Gadang Koto Nan Ampek.
Rumah Gadang ini adalah kebanggaan lain masyarakat Koto Nan Ampek, karena bangunannya pun masih tetap dipertahankan keaslian dan keawetannya selama 200 tahun. Rumah ini sempat dipugar pada tahun 2007, namun Anda tetap bisa menikmati keotentikan rumah tradisional ini dari dekat.
Tips Mengunjungi Koto Nan Ampek
Jika Anda tertarik mengunjungi objek wisata perkampungan Koto Nan Ampek, ada beberapa tips berguna agar perjalanan Anda semakin berkesan:
1. Jika Anda menggunakan mobil atau kendaraan travel dari Bukittinggi, usahakan tidak berkunjung pada hari Sabtu.
2. Manfaatkan bendi untuk berkeliling Koto Nan Ampek, namun jangan lupa bernegosiasi dengan kusir sebelum naik.
3. Usahakan tidak berkunjung ke Masjid Gadang pada hari Jumat jika Anda ingin masuk ke dalamnya, karena masjid ini akan dipenuhi orang-orang yang melakukan kegiatan ibadah.
4. Jika Anda ingin mengunjungi Masjid Gadang dan ingin menjelajah ke dalamnya, bersiap-siaplah dengan mengenakan pakaian sopan (tanpa celana pendek atau pakaian seksi).
Monumen Pdri Koto Tinggi Payakumbuh
Tugu
Monumen paderi Koto Tinggi Payakumbuh adalah lambang perjuangan dari
rakyat Payakumbuh dalam melawan penjajahan yang disebut Agresi militer
Belanda II
Tugu Monumen PDRI Koto Tinggi Payakumbuh
Peninggalan
sejarah dapat berupa banyak hal. Salah satunya adalah berupa bangunan.
Ambil saja contoh dari Tugu paderi Koto Tinggi Payakumbuh. Yang
menjadikan tugu tersebut spesial adalah mengenai fungsinya. Tugu
tersebut difungsikan sebagai lambang dari perjuangan para tokoh pahlawan
yang pernah berjuang untuk mempertahankan keutuhan NKRI, terutama dari
agresi militer Belanda yang kedua. Ada sedikit pengetahuan sejarah yang
perlu dipelajari, yang berkaitan dengan tugu tersebut. Pastinya semua
orang perlu mempelajari secara menyeluruh mengenai sejarahnya. Tujuannya
untuk mengenal lebih jauh monumen tugu tersebut, terutama untuk orang
Minang.
Agresi Militer Belanda II
Tentu saja bila yang dibahas disini adalah mengenai Tugu pdri koto tinggi payakumbuh,
sejarah yang berkaitan adalah mengenai agresi militer Belanda II.
Awalnya agresi tersebut bermula di Kota Yogyakarta pada tahun 1948.
Namun semua merebak ke Bukittinggi sebagai pusat pemerintahan darurat.
Disana perlawanan masyarakat lokal terhadap penjajah amat intens
sehingga menjadi salah satu peristiwa yang tak boleh dilupakan. Salah
satu wujud apresiasinya adalah dengan pembangunan Tugu PDRI. Dari nilai
sejarah, tugu tersebut dapat dijadikan simbol perjuangan
Pembangunan Tugu PDRI Koto Tinggi Payakumbuh
Pada
pembangunan Tugu pdri koto tinggi payakumbuh, dapat dipastikan bahwa
peletakkan batu pertama akan diselenggarakan pada kawasan Koto Tinggi.
PDRI sendiri memiliki kepanjangan yaitu Monumen Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.
Pembangunan tugu tersebut berada pada sebuah komplek yang mana juga
terdapat beberapa bangunan lain yaitu masjid, museum, kampus, dan
bangunan-bangunan lain. Proses dari pembangunan memiliki jangka waktu 3
hingga 4 tahun. Muslim Kasim sebagai wakil Gubernur dari Sumatera Barat
juga sudah mengkonfirmasi hal tersebut.Sedangkan untuk anggaran pembangunan dan pembuatan tugu PDRI, dana yang digunakan sekitar 200 miliar lebih. Penggunaan anggaran diperoleh baik itu dari APBD maupun APBN. Memang belum pasti seberapa banyak anggaran yang diperlukan. Akan tetapi sudah dapat dipastikan bahwa tujuan pembangunan tugu PDRI adalah untuk mengenang jasa pahlawan dalam berjuang melawan Belanda di Bukit Tinggi. Dengan adanya tugu tersebut, diharapkan pemerintah lokal dapat mengambil manfaat dari peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung
Gunung Sago Kab Lima Puluh Kota-Payakumbuh
Gunung Sago
di Kabupaten Lima Puluh Kota – Payakumbuh menyimpan banyak keindahan
alam. Bagi yang berkunjung saat lebaran ada perayaan adat Bakajang
Bakajang dan Gunung Sago di Kabupaten Lima Puluh Kota – Payakumbuh
Gunung Sago di Kabupaten Lima Puluh Kota – Payakumbuh
adalah gugusan gunung di pegunungan bukit barisan. Gunung Sago memiliki
ketinggian 2261 meter dari permukaan laut. Gunung ini termasuk gunung
api yang masih aktif dan terakhir meletus pada tahun 1600-an. Namun pada
tahun 2008 terpantau aktivitas Gunung Sago oleh pusat geologi dan
diperkuat oleh satelit Google.
Keindahan puncak GunungSago
Keindahan puncak GunungSago
Gunung Sago
memiliki panorama alam yang patut untuk dikagumi. Gunung yang terletak
di dua kabupaten ini dikenal juga dengan nama Gunung Malintang. Lokasi
gunung ini dapat ditempuh dalam 5 jam perjalanan dari Kota Padang.
Gunung Sago memiliki danau di puncaknya yang bernama Danau Tingga. Danau ini memiliki air berwarna hijau dengan bau khas belerang. Danau ini sangat indah dan luas. Luas danau kurang lebih 1,5 km2. Danau Tingga di kelilingi oleh 3 puncak Gunung Sago.
Perayaan adat Bakajang di kaki Gunung Sago
Bagi yang ingin berwisata ke Kabupaten Lima Puluh Kota Payakumbuh
sebaiknya memilih saat liburan Idul Fitri. Pada saat itu ada acara
Bakajang yang digelar sekali dalam setahun. Bakajang berbentuk seperti
kapal yang dibuat dari sampan berdinding triplek yang diberi lubang.
Biasanya terdapat lima buah kajang dengan bentuk yang sama. Kajang
tersebut diberi hiasan yang berbeda-beda. Ada juga kajang yang dihiasi
dengan meriam dari bambu. Di dalam kajang tersedia ruang bagi penghulu,
musik talempong dan hiasan-hiasan. Acara Bakajang digelar lima hari
berturut-turut dan berlangsung secara bergilir dari satu jorong ke
jorong yang lainGunung Sago memiliki danau di puncaknya yang bernama Danau Tingga. Danau ini memiliki air berwarna hijau dengan bau khas belerang. Danau ini sangat indah dan luas. Luas danau kurang lebih 1,5 km2. Danau Tingga di kelilingi oleh 3 puncak Gunung Sago.
Perayaan adat Bakajang di kaki Gunung Sago
Substansi dari perayaan ini adalah mengunjungi penghulu yang berkedudukan di Istana. Istana yang dimaksud pada perayaan ini adalah musholla kecil yang ada di sepanjang pinggiran sungai. Acara yang digelar saat Bajakang yaitu pidato dan prosesi adat serta berbagai lomba yang berkaitan dengan air.
Bagi yang belum pernah pernah melihat Bakajang, sempatkan mampir untuk melihatnya. Selain melihat Bakajang, bisa juga mendaki Gunung Sago di Kabupaten Lima Puluh Kota Payakumbuh untuk melihat pemandangan alam di puncak gunung